PUISI DI PUSARA JALALUDDIN AR-RUMI
Ketika kita mati,
jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.
Mana yang lebih
berharga
Kerumunan beribu
orang atau kesendirian sejatimu?
Kebebasan atau
kuasa atas seluruh negeri?
Sejenak,
sendiri dalam
bilikmu akan terbukti lebih berharga
daripada segala
hal lain yang mungkin kau terima
Oh Tuhan
Telah kutemukan
cinta!
Betapa
menakjubkan, betapa hebat, betapa indahnya!...
Kuaturkan
puja-puji
Bagi ghairah
yang bangkit
Dan menghiasi
alam semesta ini
Mahupun segala
yang ada di dalamnya!
Ketika engkau keghairahan
Cari punca
sebabnya
Itulah tamu yang
tak kan pernah kau salami dua kali
Adakalanya
dengan tujuan menolong
Dia membuat kita
sengsara
Tapi kepiluan
hati
demi Dia
Membawa
kebahagiaan
Senyum akan
datang,
Sesudah air mata
Siapapun yang
meramalkan ini adalah hamba yang diberkati Tuhan
Dimana pun air
mengalir, hidup akan makmur
Dimana pun air
mata berderai, Rahmat Ilahi diperlihatkan
Pilihlah cinta.
Ya, cinta!
Tanpa manisnya
cinta,
Hidup ini adalah
beban
Tentu engkau
telah merasakannya
Hati yang kacau
Tak dapatkan
kesenangan hidup
Dalam
kebohongan.
Air dan minyak
Tak dapat
menyalakan cahaya.
Hanya perkataan
yang benar membawa kesenangan hidup
Kebenaran adalah
umpan yang sangat memikat hati
Pergilah ke pangkuan
Tuhan,
Dan Tuhan akan
memelukmu dan
menciummu, dan
menunjukkan
Bahwa Ia tidak
akan membiarkanmu lari dari Nya
Ia akan
menyimpan hatimu dalam hati Nya
Siang dan malam
Kesabaranku mati
pada malam ketika Cinta lahir!
Dari anggur cinta, Tuhan menciptaku!
Barang siapa
menjadi mangsa cinta,
mana mungkin dia
menjadi mangsa Sang Maut?
Hari perpisahan
lebih panjang daripada Hari kebangkitan
Dan maut lebih
cantik daripada derita perpisahan
Aku boleh mati,
tetapi ghairahku kepada Mu tak kan pernah mati
Telah
kupalingkan hatiku dari dunia dan segala kesenangannya
Kau dan hatiku
bukanlah dua wujud yang berpisah
Dan tak pernah
kelopak mataku menutup di dalam lelap
Kecuali
kutemukan Kau antara mata dan bulu mataku
Mereka tahu
pasti bahwa aku sedang jatuh cinta
Tetapi mereka
tak tahu siapa yang kucintai
Hatiku
mencintaimu sepanjang hidupku, dan ketika aku mati
Maka tulang-temulangku,
kendati hancur, mencintai Mu dalam debu
Hari ini aku
lupa sembahyang karena cintaku yang meluap-luap
Dan aku tak tahu
lagi pagi atau malamkah sekarang
Karena ingatan
pada Mu,
wahai Tuhan,
adalah makanan
dan minumanku
Dan wajah Mu,
saat aku melihat
Nya, adalah penawar deritaku
Aku adalah Dia
yang kucintai dan
Dia yang
kucintai adalah aku
Alfatihah buat Mevlana
SUMBER: Biografi Jallaludin Rumi, Http://ifud17.wordpress.com/syair-rumi/, http://penyair.wordpress.com/2007/03/29/biografi-jalaludin-rumi/
http://ms.wikipedia.org/wiki/Jalal_al-Din_Muhammad_Rumi
No comments:
Post a Comment